BantenNet, KABUPATEN TANGERANG – Anies Rasyid Baswedan, Calon Presiden yang diusung oleh Partai PKS, PKB, Nasdem dan Partai Umat, disambut begitu antusias warga dan nelayan Kecamatan Kronjo yang tak hentinya meneriakan kata “AMIN”, alias Anies – Cak Imin, Pasangan Capres – Cawapres RI 2024
Dalam kegiatan masa kampanye nya, Anies berdialog langsung di atas perahu salah satu milik nelayan yang tengah bersandar di tempat pelelangan ikan Kronjo. Anies bahkan sempat ikut memasukan BBM solar dari jerigen bertuliskan ‘Amin’ di perahu tersebut.
Selain itu, Capres No urut: 1 ini pun sempat melihat – lihat kapal lainnya seraya meninjau isi bagian dalam kapal nelayan.
“Ini baru pulang melaut, Dapet berapa banyak nie ikannya,” tanya Anies kepada salah satu nelayan yang dijawab dengan suara merintih sambil membungkukan kepala.
Dalam sambutannya diatas perahu nelayan, Anies mengaku mendapat inspirasi dari para nelayan. Pertama, soal pembuatan pelabuhan untuk bersandar kapal para nelayan.
Kedua, adanya kemudahan bagi nelayan dalam memperoleh legal dokumen kapal. Ketiga, nelayan meminta pengerukan serta normalisasi Kali- Sungai Cipasilian agar dapat beroperasi dengan optimal.
Selanjutnya, Anies juga diminta untuk mempermudah nelayan dalam memperoleh bahan bakar bersubsidi serta pembangunan sarana dan prasarana melaut lainnya.
Terakhir, nelayan mengeluhkan pematokan laut oleh pihak yang disebut Anies oknum Pengembang. Karena adanya pematokan – pematokan laut oleh oknum pengembang membuat kegiatan reklamasi di sini, itu di rasa sangat mengganggu para nelayan dalam beraktivitas,” ungkapnya.
Perlu diketahui, Anies pada saat ia menjabat Gubernur DKI periode 2017 – 2022 pernah menghentikan dan membatalkannya, kini di Kronjo Anies di tantang untuk bagaimana, menjawab tantangan tersebut. Karena kegiatan pematokan tersebut sangat berhubungan dengan rencana reklamasi yang dulu pernah dibatalkannya.
Anies menuturkan bahwa,”Kegiatan reklamasi yang dikeluhkan para nelayan Kronjo tersebut baru saya dengar. Namun, Saya yakin bahwa menyangkut reklamasi tersebut harus sesuai dengan perizinannya.
“Jadi enggak boleh kita mematok – matok laut, tanpa jelas perizinannya. “Lihat dulu benar atau tidak, soal adanya rencana tata ruang. Dan kalau memang itu akan dilakukan, harus terlebih dahulu ada pembahasan dengan semua pihak. Terutama dengan para nelayan. Karena (laut) ini lah, tempat mereka (red.nelayan) mencari nafkah,” pungkasnya.
> ary