Presiden Jokowi,”Negara Lain Kagumi Indonesia”

Avatar photo
BantenNet.com. JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sekarang ini banyak yang lupa bahwa Indonesia adalah negara besar, dengan penduduk hampir 260 juta, untuk terbang dari Aceh sampai Wamena (Papua) dibutuhkan waktu 9 jam 15 menit.
“Itu kalau diukur dari London di Inggris, itu sampai ke Istanbul di Turki. Melewati berapa negara? Mungkin 5 – 6 negara,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Silaturahim Peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), di Istana Negara, Jakarta, Selasa (28/11) sore.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, sekarang di forum-forum dunia dirinya selalu menyampaikan bahwa Indonesia memiliki 17.000 Pulau, 714 suku, 1.100 lebih dialek bahasa lokal, dan 516 kabupaten/kota.
“Apa yang saya sampaikan ini mengingatkan betul, bahwa kita ini sangat besar, tetapi juga sangat beragam. Perbedaan suku, 714 perbedaan adat istiadat, perbedaan agama,” ujar Kepala Negara.
Kepala Negara mengisahkan, waktu menikahkan anaknya (Kahiyang) kemarin dengan keluarga besar Sumatra Utara, dirinya berpikir di sana hanya ada Horas. Ternyata, kata Kepala Negara, di Sumatra Utara tidak hanya Horas, ada Ahoy, ada Mejuah-juah, ada Juah-juah, ada Ya’ahowu’.
Tapi itu baru satu provinsi, Kepala Negara mengingatkan Indonesia memiliki 516 kabupaten dan kota, memiliki 34 provinsi.
Yang Pintar Politikusnya
Kepala Negara mengingatkan, para peserta Rakornas FKUB untuk mengingatkan kepada rakyat, ingatkan kepada kanan kiri, karena kalau ndak ingat, gara-gara Pilkada, pilihan Bupati, pilihan Wali kota, pilihan Gubernur atau pilihan presiden, Bangsa Indonesia menjadi retak, menjadi pecah.
Presiden mengingatkan, bahwa lima tahun sekali itu kontestasi politik. Karena itu, Presiden meminta disampaikan kepada rakyat juga sama. “Coblos yang paling baik, sudah rukun kembali,” tegas Presiden.
Ia mempertanyakan sikap sebagian masyarakat, meski sudah 3 tahun, 4 tahun masih dibawa-bawa urusan Pilpres, urusan pilihan gubernur, pilihan Bupati dan Wali kota.
“Itu yang pintar politikusnya, kita yang enggak bisa memberitahu rakyat,” ucap Presiden seraya menambahkan, politikus memang harus pintar mempengaruhi rakyat, tapi ia mempertanyakan yang dipengaruhi sampai 3 tahun, 4 tahun masih kebawa-bawa.
“Saya kadang-kadang lihat, ini apa toh ini sebenarnya? Rakyat kok sampai sebegitu… lupa bahwa kita ini saudara sebangsa dan setanah air, lupa,” sambung Kepala Negara.
Presiden Jokowi mencontohkan betapa Perdana Menteri Denmark, Lars Løkke Rasmussen, yang bertemu dengannya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11) siang, menyampaikan kekagumannya akan toleransi, moderasi yang ada di negara kita Indonesia.
“Mereka kagum, kita yang dikagumi enggak tahu,” kata Presiden Jokowi.
Ia juga menyebutkan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyampaikan hal yang sama, kekagumannya akan Indonesia.
“Di Afghanistan itu hanya ada 7 suku , 40 tahun yang lalu 2 suku berantem, bertikai, satu bawa kawan dari luar, yang satu bawa kawan dari luar… Akhirnya apa? Perang. 40 tahun enggak rampung-rampung. Itu hanya 7 suku, sekarang pecah mereka menjadi 40 kelompok,” ungkap Presiden.
Minggu lalu, Presiden mengaku mengundang 35 orang dari Afghanistan datang ke sini, karena mereka juga kagum. Namun, lanjut Presiden, yang dikagumi malah nggak merasa ini loh. Malah ribut kadang-kadang, urusan hal-hal yang berkaitan dengan Pilkada, Pilgub, Pilihan Wali Kota, Pilihan Bupati.
“Haduuhh, saya kadang-kadang ini apa? Kita dikagumi kita tidak merasa kalau kita ini dikagumi. Ya kan lucu banget. Orang ganteng tapi enggak pernah merasa ganteng, orang cantik tapi enggak pernah merasa cantik. Ini saya kadang-kadang, haduhh….,” kata Presiden Jokowi.
Rakornas FKUB itu diiikuti oleh para tokoh dan perwakilan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu, dari tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, para ketua dan sekretaris FKUB dari 34 provinsi.
Tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu Menko Polhukam Wiranto, Mensesneg Pratikno, dan Menag Lukman Hakim Saifuddin. 
>red/hms