Sejarah Berdirinya Kesultanan Banten

Avatar photo
Sejarah Kesultanan Banten

BantenNet.com, SEJARAH – Wilayah Banten pada awalnya hanya merupakan sebuah kadipaten yang merupakan bagian dari kerajaan Demak.

Yang mana Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di jawa yang muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.

Seiring berjalannya waktu, Banten berubah menjadi negara bagian Demak. Pada akhirnya menjadi suatu kesultanan yang merdeka dan berdaulat, setelah kerajaan Demak runtuh akibat kekalahan dari kerajaan Pajang.

1. Sunan Gunung Jati

Ayahnya yang merupakan salah satu penguasa Mesir, dan ibunya yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran, membuat Sunan Gunung Jati menjadi sangat disegani.

Adanya Kerajaan Banten diawali dengan penaklukkan Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Kedatangannya di Banten pada tahun 1525 membawa misi menyebarkan Islam, dan memperluas wilayah kekuasaan Demak

Setelah berhasil menyebarkan agama Islam dan menaklukan Banten, Sunan Gunung Jati pindah ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya yang bernama Maulana Hasanuddin. Yang kemudian menjadi raja pertama di Kerajaan Banten.

2. Maulana Hasanudin

Ia melanjutkan cita-cita ayahnya untuk memperluas pengaruh Islam di Banten. Kemudian dalam rangka memberikan arah terhadap kesultanan, ia membangun Masjid agung Banten dan sarana pendidikan berupa pesantren yang merupakan karya nyata yang monumental terhadap generasi penerusnya.

Dalam hal perluasan wilayah kerajaan dan menyebarkan agama Islam, sultan Hasanuddin memperluas wilayahnya ke Lampung dan daerah-daerah disekitarnya di Sumatera selatan yang ternyata adalah daerah penghasil utama merica. Perdagangan merica itu membuat Banten menjadi kota pelabuhan penting, yang disinggahi oleh kapal-kapal dagang dari Tiongkok, India, dan Eropa.

3. Sultan Maulana Yusuf

Selanjutnya Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf yang merupakan Sultan yang giat dalam perluasan wilayah, hasilnya pada 1579 Pakuan, ibu kota Pajajaran berhasil direbut oleh kerajaan Banten.

4. Maulana Muhammad (Mangkubumi)

Pengganti Sultan Maulana Yusuf adalah putranya yang bernama Maulana Muhammad. Akan tetapi karena Malulana Muhammad masih berumur 9 tahun. Selama Maulana masih di bawah umur kekuasaan pemerintahan dipegang oleh seorang mangkubumi.

Sempat juga terjadi perebutan kekuasaan antara pangeran Aria dari Jepara yg merupakan adik dari Maulana Yusuf yang ingin menduduki tahta kerajaab Banten, tetapi gagal.

Setelah beranjak dewasa Maulana Muhammad ia terkenal sebagai orang yang baik dan memiliki gairah yang kuat untuk menyebarluaskan Islam, ia banyak mengarang kitab serta membangun sarana ibadah sampe ke pelosok desa

yang menonjol pada masanya, yaitu ia mencoba ekspansi ke Palembang, walaupun pada akhirnya gagal dan ia harus gugur di Medan perang

5. Sultan Abdul Mufhakir

Sultan Abdul Mufhakir dinobatkan untuk menggantikan Sultan Maulana Muhammad, meski ketika itu ia masih balita, maka untuk yang kedua kalinya kesultanan Banten diserahkan kuasanya kepada Mangkubumi.

Mangkubumi segera mengadakan penertiban-penertiban, baik keamanan dalam negeri maupun merekontruksi kebikjasanaan Mangkubumi sebelumnya terhadap pedagang-pedagang Eropa. Pajak ditingkatkan terutama untuk kompeni, tindakan ini dilakukan agar para pedagang asing pergi dari Banten

Hal ini memaksa Belanda untuk memindahkan tujuan perdagangannya ke Jayakarta, Di Jayakarta mereka disambut ramah Pangeran Wijayakrama, ia berdalih kedatangan mereka mampu meramaikan perlabuhan Sunda Kelapa.

Melihat hubungan erat Pangeran Jayakarta dengan Kompeni membuat Mangkubumi Sebagai pemegang kendali Banten yang membawahi Jayakarta terusik, ia mengirim utusan untuk menghancurkan benteng-benteng asing yang ada di kawasan Banten. Dalam upaya ini orang-orang Inggris dapat didesak hingga kembali ke kapal, pasukan juga dapat mendesak Belanda, akan tetapi Belanda tetap defensif dan tidak mau menyerah, hingga bantuan dari Maluku tiba.

Setelah bantuan datang (dipimpin J.P. Coon) pada bulan maret 1619 kepungan banten tidak ada artinya lagi dan mereka kembali dengan membawa kekecewaan. Saat itulah secara resmi Jayakarta dikuasai oleh Kompeni dan dirubah namanya menjadi Batavia

Pada masa Sultan Abdul Mufakhir inilah raja Nusantara pertama yang menerima gelar sultan secara “resmi” dari Dinasti Utsmaniyah sebagai kekhalifahan Islam terbesar yang pernah meruntuhkan kejayaan Imperium Romawi Timur, ia juga dikenal sebagai pribadi yang menentang VOC, ia menolak keinginan Belanda untuk memonopoli perdagangan. Kemudian terjadi konflik akibat hal tersebut, VOC memblokade jalur ke pelabuhan Banten sehingga terjadi perang pada november 1633, perang berakhir dengan perjanjian damai kedua pihak.

7. Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta menggantikan kakeknya yang meninggal pada tahun 1651. Banten mengalami perkembangan pesat semenjak diperintah Sultan Ageng Tirtayasa, baik di bidang politik, sosial budaya, dan terutama perekonomiannya.

Hubungan dagang dengan Persia, Benggala, Siam dan China cukup mengancam kedudukan VOC yang bermarkas di Batavia. Pada masa ini juga dibangun sebuah sistem pengairan besar, yang mana ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30km dan 40km kanal dibangun untuk pengairann 40 ribu hektar lahan sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa.

Sebagai seorang yang taat dalam beragama ia sangat antipati kepada Belanda. Penyerangan secara gerilya beliau lancarkan melalui darat dan laut untjuk mematahkan pertahanan Belanda yang bermarkas di Batavia. Aksi teror dan sabotase yang diarahkan ke kapal-kapal dagang sangat membahayakan Belanda. Kurang lebih dua puluh tahun lamanya Banten dalam suasanan aman dan tentram dibawah kekuasaan Sulten Ageng Tirtayasa.

8. Sultan Haji

Kerajaan Banten berakhir setelah kerajaan ini jatuh ke tangan Belanda. Pada tahun 1676, Pangeran Abdul Nasar putra Sultan Tirtayasa kembali dari Mekah. Sultan Haji (Abdul Nasar) dikenal lebih berpihak terhadap Belanda daripada ayahnya sendiri. Arah politik Banten pun dibelokkan Sultan Haji dan malah bekerjasama dengan VOC untuk mengkudeta ayahnya sendiri, hingga akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap

Dan dengan disepakatinya perjanjian antara Sultan Haji dan Belanda, maka kekuasaan mutlak Banten diambil alih oleh Belanda, kesultanan sendiri hanya simbol boneka belaka.

Masa pemerintahan Sultan Haji diwarnai oleh kerusuhan dan pemberontakan disana sini. Belanda tidak tenang berada di Banten. Banyak pedagang maupun patroli kompeni yang dibunuh. Bahkan terjadi peristiwa kerusuhan yang mengakibatkan 2/3 bangunan di dalam kota habis terbakar. Demikian pula di lautan, kapal VOC banyak di bajak oleh pembajak ‘negara’ yang bermarkas di perairan Bojonegara.

Setelah Sultan Haji wafat, terjadi perebutan kekuasaan di antara putranya, yang tak lain perseteruan tersebut merupakan akibat campur tangan dari Belanda.

Puncak kehancuran Kesultanan Banten pada masa pemerinatahan Sultan Muhammad Syarifuddin.

Beliau dipaksa turun dari tahta dan Kesultanan Banten dihapus oleh pemerintahan Inggris yang dimana menggantikan Belanda di daerah Banten di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles. Sejak itulah Kesultanan Banten berakhir dan dibubarkan pada tahun 1813.

Daftar Sultan Banten selanjutnya

  • Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687–1690
  • Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690–1733
  • Sultan Abu al-Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733–1750
  • Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, in effect Ratu Syarifah Fatimah 1750–1752
  • Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi Zainal Alimin atau Pangeran Arya Adisantika 1752–1753
  • Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753–1773
  • Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773–1799
  • Sultan Abu al-Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799–1801
  • Sultan Abu al-Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1801–1802
  • Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802–1803
  • Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin II 1803–1808
  • Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala 1808–1809

Sumber: Youtube.com/akupedia

BACA JUGA:

https://bantennet.com/ayo-ke-museum-situs-kepurbakalaan-banten-lama/