BantenNet.com. KABUPATEN TANGERANG – LSM Gerakan Reformasi Masyarakat (Geram) Banten menggandeng pendongeng keliling Budi Euy menggulirkan program pendidikan ke sekolah-sekolah melalui dongeng.
Program membangun pendidikan itu dimulai dari Yayasan Pendidikan Al Hasanah, Jalan Raya Serang, Kampung Jayanti Dukuh RT 10/03, Desa Cikade, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang.
Di lapangan yayasan tersebut, Senin (29/1/2018) sekitar pukul 10.00 WIB, Budi Euy membawakan dongeng berjudul “Seekor Ular, Induk Ayam dan Lima Ekor Anaknya, dan Petani yang Bijaksana.”
Acara tersebut dihadiri ratusan siswa SD, SMP, SMK dan guru-guru yayasan tersebut. Mereka antusias menyaksikan dongeng yang dibawakan Budi Euy dengan pendekatan semi monolog.
Hadir pula Babinsa Polsek Cisoka Bripka Wahyudin, dan perwakilan Dinas Perpusatakaan dan Arsip Daerah (DPAD) .
Dalam kesempatan tersebut, DPAD membawa dua unit mobil perpustakaan keliling, yang membawa ratusan buku dengan berbagai judul. Mobil tersebut di parkir di lapangan yayasan tersebut.
“LSM Geram Banten harus peduli terhadap kemajuan dan perkembangan pendidikan di Banten, termasuk di Kabupaten Tangerang,” ungkap Ketua Umum LSM Geram Banten H.Alamsyah.
Dijelaskannya, cara LSM Geram Banten membangun dunia pendidikan itu dengan menggandeng pendongeng.
“Dongeng itu tidak menggurui dan tidak akan membuat siswa menjadi jenuh. Sebaliknya para siswa akan terhibur dengan dongeng,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu contoh yang ingin dibangun dalam dunia pendidikan melalui dongeng itu, mengajarkan atau memberi semangat pada anak-anak rajin belajar, senang membaca buku, dan menekankan pada mereka betapa pentingnya pendidikan.
“Anak-anak sekarang tantangannya besar sekali setelah ada handphone. Anak-anak bisa berjam-jam memegang dan memainkan handhphone.
Itu bahaya karena bisa ketergantungan, dan bisa malas atau lupa belajar,” ungkapnya.
Dia berpendapat, banyak nilai-nilai moral yang bisa didapat anak-anak dalam dongeng.
Misalnya setiap manusia harus bersikap santun dan sopan, tidak boleh sombong, harus bekerja keras, dan lain-lain.
Namun dalam dongeng, nilai-nilai itu disampaikan melalui cerita. Hal itu sudah ditradisikan dalam seni bertutur dari zaman ke zaman.
Anak-anak pun tidak akan merasa digurui, sebaliknya akan merasa senang.
“Sekarang ini, para siswa juga jarang membaca buku, karena banyak faktor. Salah satunya handphone itu. Karena tu, mereka juga harus didekatkan kembali dengan buku.
Mereka harus diajak dan dimotivasi agar mau membaca buku, termasuk buku-buku dongeng,” katanya.
Alamsyah yakin, jika para siswa sedini mungkin kembali membaca buku, maka mereka akan menjadi generasi-generasi yang pintar, cerdas, punya pengetahuan dan wawasan yang luas, imajinasi berkembang, harapan dalam dirinya hidup, dan intinya mereka menjadi manusia berkualitas.
Budi Euy menilai LSM Geram Banten bisa jadi satu-satunya LSM di Provinsi Banten yang peduli terhadap seni dan budaya, khususnya sastra lisan atau yang biasa disebut dengan dongeng.
“Saya baru kali ini diajak bekerjasama oleh LSM. Padahal di Banten ini banyak sekali LSM. Saya berharap program semacam ini bisa berlanjut.
Sebab dongeng itu penting untuk perkembangan emosi, imajinasi, jiwa, perilaku, dan berpikir anak-anak,” paparnya.
>red