banner 468x60
OpiniPendidikan

Godaan dan Pragmatisme Kekuasaan

107
Kita semua pernah merasakan bahwa ketika kecil, atau tamat bersekolah atau diwisuda ketika usai berkuliah (dok.Photo: By Goggle)
banner 468x60

Oleh: H. Lukman Hakim, S.Pd., M.I.Kom. (FORPAK Banten, Pendidik SMAN 6 Kab. Tangerang – Banten).

Kita semua pernah merasakan bahwa ketika kecil, atau tamat bersekolah atau diwisuda ketika usai berkuliah, ada saja yang berucap atau mendo’akan secara etis dan idealis, terutama orang tua kita : “semoga memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk diabdikan kepada bangsa, negara dan agama”.

banner 300x600

Bahkan orang nomor satu di republik ini: presiden dan atau wakil presiden RI, pejabat tinggi negara atau pejabat negara, bukan hanya dido’akan tetapi juga diambil sumpah dan janjinya dengan menaruh kitab suci diatas kepalanya :

“Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-undang Dasar dan menjalankan segala Undang-undang dan Peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”

Janji Presiden (Wakil Presiden) RI:

“Saya berjanji akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-undang Dasar dan menjalanan segala Undang-undang dan Peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”

Lalu, mengapa secara praktis-pragmatis ternyata kepentingan diri sendiri, juga kepentingan keluarga atau kepentingan kelompok atau golongan, kadang tersisipkan bahkan cenderung terlihat menonjol di antara kepentingan etis dan idealis bangsa, negara atau agama itu.

Konon, fenomena ini sering kali terjadi karena adanya perbedaan antara idealisme dan pragmatisme dalam praktik kekuasaan. Beberapa alasan yang menjelaskan pergeseran kekuasaan adalah:

  1. Naluri untuk mempertahankan kekuasaan

Ketika seseorang atau kelompok memiliki kekuasaan, sering kali prioritas utamanya adalah mempertahankan posisi tersebut. Hal ini mendorong mereka untuk mengutamakan kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok yang mendukung mereka, karena itu dianggap sebagai strategi untuk memastikan keberlangsungan kekuasaan tersebut.

  1. Godaan Kekuasaan

Kekuasaan sering kali membawa kemewahan, fasilitas dan pengaruh, hal ini menciptakan godaan untuk memanfaatkan posisi tersebut demi keuntungan pribadi atau kelompok, mengabaikan nilai-nilai idealis yang awalnya diusung dan dijunjung tinggi.

  1. Pragmatisme dalam Pengambilan Keputusan

Dalam banyak kasus, keputusan praktis lebih mudah diterima jika menguntungkan kelompok tertentu dibandingkan mencoba memenuhi kepentingan bangsa atau agama yang cakupannya lebih luas, ini terjadi karena keuntungan langsung lebih mudah terlihat daripada dampak jangka panjang.

  1. Pengaruh lingkungan dan tekanan politik

Lingkungan politik sering kali penuh dengan kepentingan kelompok yang beragam, untuk bertahan, seseorang mungkin terpaksa berkompromi dengan kepentingan kelompok tertentu, meskipun itu bertentangan dengan nilai-nilai etis dan idealisme.

  1. Kelemahan sistem dan kurangnya akuntabilitas

Dalam sistem yang lemah atau korup, pengawasan terhadap pejabat atau pemimpin sering kali tidak efektif. Hal ini memungkinkan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau golongan tanpa konsekuensi yang berarti.

  1. Ketidaksetaraan sosial-ekonomi

Ketika masyarakat masih menghadapi ketidaksetaraan yang besar, mereka yang berkuasa cenderung lebih fokus pada keuntungan langsung bagi diri sendiri dan kelompok mereka, sebagai cara untuk mengamankan posisi dalam hierarki social kemasyarakatan.

Menurut teori sosial politik, cara mengatasi perbedaan idealisme dengan pragmatisme itu adalah ;

– Memperkuat sistem akuntabilitas dengan memastikan transparansi dalam pengambilan keputusan.

– Menanamkan nilai etika dan moral melalui pendidikan dan pengembangan kepemimpinan.

–  Mendorong partisipasi masyarakat untuk mengawasi dan mengkritisi penyimpangan kekuasaan.

– Membangun budaya meritokrasi, di mana jabatan didasarkan pada kompetensi, bukan hubungan pribadi atau golongan.

Peralihan dari idealisme ke pragmatisme memang tantangan yang besar, tetapi bukan tidak mungkin diatasi melalui reformasi sistem dan perubahan budaya politik (sebagian besar tulisan ini disadur dari ChatGPT)

Semoga bermanfaat.

 

 

banner 300250
banner 468x60
Exit mobile version